Ikan Hiu Makan Tomat, Bodoamat!
A short story of two beautiful souls chatting and...bickering.
“Sumpah ya lo nyebelin banget.”
Belum ada dua menit setelah Naim tiba di Cafe XXX, Regan sudah mulai memanyunkan bibirnya.
A short story of two beautiful souls chatting and...bickering.
“Sumpah ya lo nyebelin banget.”
Belum ada dua menit setelah Naim tiba di Cafe XXX, Regan sudah mulai memanyunkan bibirnya.
Matamu mengisahkan padaku. Katanya, aku harus mengasihimu.
Sudah lebih dari sepuluh detik ujung bibir Musa naik dan tak ada pertanda akan turun kembali.
Matanya mengikuti seluruh gerakan jemari Regan yang sibuk menyiapkan buku, pensil, dan pena abu-abu.
For the purpose of my twitter AU, Touch Based on some articles I found on the internet
CW// mention of consent
“Masuk.”
“Di rumah ada siapa?”
“Nggak ada siapa-siapa.”
ANJRIT. Jantung Regan serasa menggelinding hingga pagar rumah Musa.
CW// Harsh words , feeling unwanted and abandoned by their mother.
Matahari mengintip malu dibalik awan sore. Sinarnya menyapa pelan kulit-kulit yang berpayung di bawah langit biru.
“Sorry lama, tadi abis dipanggil BK,” Musa menghentikan motornya tepat di depan Regan.
TW // Domestic violence
An unspoken problem, with uneasy answer
Aduh, kamu sudah pernah lihat sosok terkuat justru terkulai lemas?
Kalau belum, kamu harus lihat kondisi Musa sekarang.
Tidak seperti Musa yang suka petentang-petenteng bersama Laut di Warung Pak Eko, ia terduduk di tanah. Kakinya tertekuk dan kepalanya terbenam dalam lutut.
TW // domestic violence , mention of gaslighting behavior
Malam Selasa di tepi Sungai Neo. Gelak tawa bersaing dengan segala bising. Hiro dan Regan saling melempar kata memeriahkan pertemuan mereka.
Tangan mereka sesekali ikut berbicara. Mengepal, terbuka, tertutup, menepuk.
Bincang malam itu dihiasi dengan banyak topik. Sekolah, kampung halaman, jajanan, film, lagu, Jufferi, Chleo, semuanya, semuanya. Hiro menepati janjinya, Regan bisa membicarakan apapun dengannya.