bulanjuni

POV: HIMALAYA.

cw / tw / trauma ; slightly panic attack ; mention of family death

Aku merinding. Perutku melilit. Tenggorokanku kering. Leherku seperti dibebani karung berat yang membuatku ingin terus menunduk.

Tubuhku memang lemah dan mudah lelah, tapi aku jarang mengalami gejala demam panggung yang membuat mulutku gagu.

Read more...

POV: Bermuda

Ternyata memasuki ruang dosen jauh lebih mudah dan lebih sulit dari yang kubayangkan.

Pertama, ruang dosen jurusan Teknik Informatika terletak di lantai 2 gedung perpustakaan. Kabar baiknya, semua orang bebas memasuki gedung perpustakaan. Kedua, ruang dosen sedang sepi karena sekarang sudah lewat 15 menit sejak jam makan siang.

Read more...

POV : BERMUDA.

Wanita sialan.

Kenapa Hoku baru mengatakan kalau aku dibuntuti? Bagaimana bisa dia tidak menyadari sejak tadi? Bukankah dia hanya duduk manis menyaksikanku?

Read more...

POV: HIMALAYA.

Aku mengamati layar komputer yang menampilkan layar-layar kecil CCTV.

Sebuah motor hitam melesat di jalur 99. Motor milik rekan kerjaku, RED. Dia menggunakan setelan serba hitam dan helm hitam—pakaian khas yang dipakai saat bekerja denganku. Mungkin jika dua kali lagi dia mengenekannya, aku akan hapal letak sobek di celananya dan noda putih di helmnya—ups ternyata aku sudah hapal.

Read more...

tw / abuse ; violence ; child labour


Ketika mendengar wanita dengan papan jalan itu berceramah tentang kematian dan menanyaiku tentang mencicipi kematian, aku menjawab dalam hati.

Read more...

tw // mention of death ; minor character death ; trauma ; suicide


Hai.

Aku Himalaya. Biasa dipanggil Haya. Aku berbeda dari anak lain yang membanggakan nama pemberian orang tua mereka. Himalaya adalah nama yang kubuat sendiri—karena aku hanya memiliki diri sendiri.

Read more...

“Mas, kamu udah liat SW-nya Ibuk?” Raden menoleh cepat pada Julian begitu melihat status Whatsapp yang dibuat Ibunya kemarin.

“Udah.” Julian menoleh sekilas, matanya lebih difokuskan pada jalanan yang ramai lancar—jam pagi, “yang Ibuk kondangan sama Bapak, 'kan? Kenapa?”

Read more...

Orang pertama yang datang adalah Naresh. Pukul delapan tepat, lelaki itu tersenyum dengan kaos putih dan celana jeans berwarna biru cerah, pakaian khas yang digunakan Naresh kemanapun—sejak dulu.

Read more...

“Kenapa? Ada kerjaan?” Julian otomatis menoleh pada kekasihnya saat mendengar helaan napas panjang dari mulut Raden.

“Eh? Nggak apa-apa, Mas.” Raden memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket, “kita mau minum tehnya di mana? Di situ mau?” Telunjuk Raden menunjuk kursi kosong di sebrang trotoar.

Read more...

“Keseimbangan adalah tidak melakukan sesuatu meski kita bisa melakukannya lebih lagi.”– Kim Suhyun

Read more...