Kopi dan Beberapa yang Tersembunyi
cw / tw // harsh words , violence , blood
Tok! Tok! Tok!
Daffa membuka pintu sambil menggerutu pada siapa pun yang menganggunya selarut ini.
“Raib?” Ia menaikkan satu alis.
cw / tw // harsh words , violence , blood
Tok! Tok! Tok!
Daffa membuka pintu sambil menggerutu pada siapa pun yang menganggunya selarut ini.
“Raib?” Ia menaikkan satu alis.
warning: semua hal di AU ini murni 100% fiksi. tw / cw // ghost , harsh words.
“Oh, jadi lo kalau nyari angin tuh kesini?” Raib memandang sekitar. Ternyata tempat Hugo mencari angin adalah taman kecil yang berjarak tiga rumah dari kos. Taman ini jarang digunakan karena tempatnya yang kecil—mungkin hanya satu petak—dengan air mancur kecil di tengah.
“Lo...” Mata Yahya bergetar tak percaya, “Nyurigain gue?”
Raib tak memiliki rencana untuk mengatakannya langsung pada Yahya, tapi sudah kepalang tanggung.
cw // blood , ghost (si Hugo)
Halaman samping hanya berbentuk petak biasa. Sekelilingnya dipenuhi tanaman pagar setinggi leher Raib.
Duduk meringkuk di ujung halaman, Jibran merapatkan diri pada tanaman itu.
Hugo mengamati Raib yang tengah menggoyangkan kaki, “Kakinya kenapa gerak-gerak gitu, sih?”
Raib melirik sinis, suka-suka gue?
Hugo nyaris tersentak saat sengatan panas menyentuh kulitnya.
Anjir ini dia ngimpi siksa kubur?
cw // harsh words.
Selama menjadi hantu, Hugo tak pernah segugup ini. Bahkan saat ia memasuki tubuh Jerri dan melakukan itu dengan Raib, rasanya tak segugup ini.
Ia masih setia mengikuti Raib, naik bus beberapa kali hingga kurang lebih satu jam kemudian mereka memasuki perumahan yang... luar biasa besar.
TW // Ghost pict, harsh words.
Raib berjalan perlahan ke area kampus NEO. Kakinya dilangkahkan melewati gapura raksasa bertuliskan nama kampusnya.
Kampus ini memang salah satu kampus tertua di kotanya, namun Raib tak pernah memperhatikan bahwa kampusnya... setua ini.
Cerita di bawah ini untuk kepentingan AU Touch di Twitter.
Hai, aku Naim, pacar Regan.
Pacar.
Pacar.
Hehe.